Foto: Ricky Martin |
Kalau ditanya idenya dari mana, ya, dari mana-mana. Kehabisan ide? Tentu saja pernah! Tetapi, kan, cerita harus tetap tampil di majalah. Saya harus menggali ide sedalam-dalamnya. Kalau enggak dapat ide juga? Ya … cari terus sampai dapat, he he. Nah, kali ini, saya akan berbagi cerita tentang ide. Dari mana ide cerita biasanya saya dapat?
1. Pengalaman
Saya ingat, ketika berkemah dulu, suatu malam saya dan teman-teman menyorotkan senter dari bawah dagu ke arah atas. Ceritanya, sih, buat bercanda nakut-nakutin. Pengalaman itu saya tulis di cerita “Mati Lampu”. Ceritanya, Coreng kaget karena Bobo dan Upik menyorotkan senter ke wajah mereka. Terus, mereka kepikiran untuk menakut-nakuti Paman Gembul. Eh, ternyata malah Paman Gembul yang berhasil menakuti mereka duluan!
2. Hasil Jalan-Jalan
Saya beruntung, saat di Bobo, sempat ditugaskan untuk meliput ke mana-mana. Hasil dari jalan-jalan itu, selain jadi tulisan untuk liputan, juga bisa jadi cerita. Misalnya, habis jalan-jalan ke Taman Lampion, saya bikin cerita “Lampion Emak”. Ceritanya, Cimut nangis karena melihat lampion yang mirip Emak. Dia ingin membawanya pulang. Bobo pun punya ide untuk menyelesaikan masalah. Dia menutup kepala Emak dengan kantong kertas tipis, lalu menyorotkan senter dari dalamnya. Jadi, deh, lampion Emak!
3. Baca Berita
Kadang, kalau habis baca berita di koran, ide bisa tiba-tiba muncul. Ketika sedang heboh berita tentang banjir, muncullah ide cerita “Banjir”. Ceritanya menggambarkan perjuangan Bobo dan adik-adiknya untuk menuju ke sekolah saat jalanan banjir di mana-mana. Sayang, ketika Bobo sampai ke sekolah, malah sekolahnya diliburkan karena banjir.
4. Mengamati Tren
Kalau sedang liputan ke sekolah atau baca tulisan tentang anak-anak, saya juga mengamati tren yang ada di kalangan anak-anak itu. Misalnya saat tren anak-anak memakai kawat gigi. Saya pun membuat cerita “Tak Mau Lobi-Lobi”. Ini kisah tentang Lobi Lobi yang tiba-tiba nggak doyan buah lobi-lobi. Padahal, biasanya dia doyan banget. Kelinci-kelinci dewasa mengkhawatirkannya. Oh, ternyata giginya sedang ngilu karena baru pakai kawat gigi.
5. Memanfaatkan Momentum
Kadang-kadang, saya juga memanfaatkan perayaan hari-hari tertentu. Misalnya, adanya perayaan Hari Ibu membuat saya menulis cerita “Kejutan Hari Emak”. Ceritanya, Negeri Kelinci merayakan Hari Emak, saatnya para emak dimanjakan. Bobo dan adik-adiknya pagi-pagi sudah bersih-bersih dan menyiapkan sarapan. Kehebohan terjadi ketika Emak malah terkunci di kamar. Ketika berhasil keluar, bukannya rumah rapi yang dilihat Emak, melainkan dapur yang berantakan karena Cimut pengen ikut masak.
6. Permainan Karakter
Untuk menulis cerita Keluarga Bobo ini, ada tim dari Redaksi Bobo yang sudah merumuskan standar karakter untuk masing-masing tokoh. Nah, buku standar karakter punya saya sudah lecek karena saking seringnya saya buka. Kalau sudah mentok, saya baca-baca saja karakter unik masing-masing kelinci untuk memancing ide cerita. Misalnya, karakter G-Jet sang penemu vs Cidut si tukang makan, memunculkan cerita “Kue Loncat”. Waktu itu Profesor G-Jet menemukan kue yang bisa meloncat. Anak-anak memakai kue itu untuk menggoda Cidut, sampai Cidut capek karena harus mengejar kue yang loncat-loncat. Tapi, akhirnya Cidut dikasih kue beneran.
7. Menyesuaikan Perkembangan Anak
Kadang saya memancing ide dengan melihat perkembangan anak. Misalnya, anak-anak, kan, suka bermain pura-pura. Maka, saya membuat cerita “Kue Rumput”. Isinya tentang Coreng dan Upik yang main kue-kuean dari rumput. Tetapi, dasar tukang makan, Paman Gembul mengiranya sebagai kue sungguhan. Hampir dia makan, deh, kue rumput itu!
8. Lihat-Lihat Gambar
Untuk memancing ide, kadang saya juga melihat-lihat gambar. Bisa gambar di buku atau iseng saja browsing di internet. Waktu lihat gambar hutan yang banyak monyetnya, tercetuslah cerita “Serangan Monyet” Isinya tentang kegagalan Paman Gembul yang berusaha menyembunyikan pisang dari anak-anak. Pisang yang dia sembunyikan malah dimakan monyet-monyet di hutan wisata!
Kalau melihat sumber-sumber ide yang saya tulis, sepertinya ide nulis tak akan habis, ya? Faktanya, saya juga sering, kok, kehabisan ide, hi hi. Yang jelas, meskipun cerita Keluarga Bobo harus muncul setiap minggu, saya tidak selalu membuat satu cerita setiap minggu. Saya lebih suka bikin stok. Kalau lagi mabuk ide, saya bisa bikin beberapa cerita dalam seminggu. Satu dimuat, sisanya buat stok. Stok itu bisa dipakai kalau saya sedang liputan, nggak punya ide, cuti panjang, deadline maju, atau mengerjakan pekerjaan lain. Namun, entah kenapa, stok cerita saya selalu habis. Jadi, mau nggak mau, sekarang harus bikin cerita lagi, ha ha ha. Sama saja sami mawon! Yuk, nulis! ^_^
Wow, ini toh cerita datangnya ide-ide si Bobo :)
BalasHapusIyaaa! Nggak cuma buat si Bobo, sih. Dipakai juga buat yang lain-lain, hehe...
BalasHapusMantap Mbak.. Ternyata ide bisa datang dari mana saja ya? Pantesan Mbak Vero gak pernah kehabisan ude ya?
BalasHapusTjringggg. ..kirain tinggal ngayunin tongkat ajaib mbak, hehehe. Ide datang dari mana saja ya :)
BalasHapuswaah, lumayan nih buat tambahan ide mencari ide, heheee.. makasih sharingnya ya mbak. salam kenal.. ^_^
BalasHapus@Mbak Rita: pernah kok, Mbak ;) @Mbak Hidayah: tongkatnya udah nggak ajaib, mbak, jadi buat tiang bendera aja, hihi... @Mbak Ofi: sama-sama... salam kenal juga ^_^
BalasHapusTFS mbak....bermanfaat banget :)
BalasHapusSama-sama, Mbak Dhonna ^_^
BalasHapusSetuju banget mbak, mau sukses ya rajin nulis, karena plus membaca tu heehe
BalasHapusSip! Makasih, Pak Ibrahim ^_^
BalasHapuswaw, udah 10 tahun ya, mba? Lama banget. Ide tentang pura-pura itu unik. :D
BalasHapusIya ya, tahu-tahu udah 10 tahun aja. Hi hi... iya, Mbak, makasih. Permainan pura-pura khas anak-anak.
BalasHapus