Setiap buku yang saya tulis memiliki kisah sendiri di balik pembuatannya. Begitu juga dengan buku Waktunya Tidur Sendiri. Meskipun ceritanya tampak sederhana, namun butuh perjuangan untuk menulisnya. Kenapa? Karena saya menulis naskah buku ini saat harus menginap di rumah sakit.
Mendadak Galau
Buku Waktunya Tidur Sendiri ini adalah pesanan dari Penerbit Bentang Pustaka. Ini buku pertama saya yang
terbit di Bentang Pustaka. Waktu itu, Mbak Faiz, sang editor mengontak saya dan
mengajak bekerja sama untuk menulis buku ini. Karena saya belum pernah menulis
di Bentang Pustaka, dan tahu reputasi Bentang Pustaka, tentu saja, saya iyakan dengan senang
hati.
Dengan semangat, saya
langsung menulis sinopsis dan kelengkapan lainnya. Begitu sinopsis disetujui,
waktunya untuk membuat storyboard. Namun, mendadak saya galau karena tiba-tiba
ibu saya jatuh dan harus opname di rumah sakit.
Mau nggak mau, karena
saya sudah sepakat, harus tanggung jawab, dong! Storyboard pun saya tulis di
rumah sakit, di sela-sela menunggui Ibu. Puji Tuhan, kondisi Ibu saya baik.
Semuanya sehat. Hanya ada bagian kaki yang harus dioperasi sehingga perlu
opname beberapa hari. Karena kondisi Ibu baik, saya bisa relatif leluasa untuk
bekerja sambil menunggui Ibu. Dan, Puji Tuhan, storyboard pun berhasil saya
selesaikan. Proses selanjutnya pun berjalan lancar.
Waktunya Tidur Sendiri
Buku ini bercerita
tentang Jia, seekor anak panda yang punya rumah-rumahan baru. Awalnya, Jia
memamerkan rumah-rumahan baru pada ibunya. Ternyata, Ibu malah menawari Jia untuk
tidur sendiri di rumah itu. Wah, berani enggak, ya?
Jia pun mencoba untuk
tidur sendiri di rumah barunya. Deg … deg … deg! Sebenarnya, Jia takut.
Apalagi, ketika terdengar suara gemerisik di malam hari. Apa yang Jia lakukan
supaya tidak takut lagi? Lalu, kegiatan
apa saja yang Jia lakukan sebelum tidur? Tentu akan lebih seru kalau
teman-teman membaca sendiri buku ini.
Kalau mau mengintip ulasannya, boleh lho, mampir ke Paberland. Selamat membaca!
Posting Komentar
Posting Komentar